Rabu, 30 April 2014

Bandung lautan api dan perjanjianlinggar jati

http://www.habalon.com/2013/05/cara-memperbaiki-printer-canon-mp-237.html#sthash.8QPLTLoy.dpufhttp://www.habalon.com/2013/05/cara-memperbaiki-printer-canon-mp-237.html#sthash.8QPLTLoy.dpufM   A    K    A    L    A
M   A    K    A    L    A

S       E       J        A       R       A       H


Tentang

BANDUNG LAUTAN API DAN PERJANJIAN LINGGAR JATI

Guru Pengajar:


Di Susun Oleh Kelompok IV Semester II
                                                     Junari
                     Ayu Sang Vitri
                                                Nia Dania
                          Suriati
                          Irman

DINAS PENDIDIDKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KECAMATAN SAPE KABUPATEN BIMA
SMA NEGERI 2 SAPE
TAHUN AJARAN 2013/2014


 

KATA PENGANTAR

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah Allah swt, kami dapat menyelesikan makalah tentang “Bandung Lautan Api dan Perjanjian Linggar Jati” ini sebagaimana tugas yang telah diberikan.
Makalah ini disusun berdasarkan standart Buku Sejarah KTSP 2006 dan sumber-sumber terpercaya (Internet) dengan memperhatikan silabus Pendidikan SMA  utamanya pada buku sejarah.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih kepada Ibu Ani Mufidah S.Pd. selaku guru mata pelajaran sejarah, yang senantiasa membimbing dan menyumbangkan ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan juga semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.



                                                                        Bima, 29 April 2014
                                                                                 Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG

Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa) dan waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14 September perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang bertugas melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan.
NICA adalah organisasi yang didirkan orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip Christinson. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut;

1.      Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2.      Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3.      Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
4.      Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil.
5.      Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan pengadilan.

Kedatangan Belanda (NICA) berusaha menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia.
Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang. Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan pengakuan secara de facto atas Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan AFNEI diterima dengan tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu selalu terjadi insiden dan pertempuran dengan pihak RI. Hal itu disebabkan pasukan Sekutu tidak bersungguh-sungguh menghormati kedaulatan RI. Sebaliknya pihak Sekutu yang merasa kewalahan, menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan ketertiban sehingga terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini dengan memberi dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima Angkatan Perang Belanda, Laksamana Helfrich, memerintahkan pasukannya untuk membantu pasukan Sekutu.
Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan terjadinya konflik dan pertempuran di berbagai daerah. Keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia berhadapan dengan rakyat Indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi pertempuran di berbagai daerah di Indonesia.

B.           RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana bentuk perjuangan mempertahankan kemedekaan Indonesian dari serangan Sekutu dan NICA?
C.          TUJUAN MAKALAH
1.      Dapat menjelaskan bentuk perjuangan mempertahan kan kemerdekaan Indoneia dari serangan Sekutu dan NICA, yaitu:
à Perjuangan secara Fisik
à Perjuangan secra Diplomatik






BAB  II
PEMBAHASAN

A.      PERJUANGAN SECARA  FISIK

1.             Bandung Lautan api
Terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada bulan Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum Sekutu untuk mengosongkan kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh para pejuang. Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung. Namun, sebelumnya mereka menyerang Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat Bandung mengungsi ke luar kota. 

JELI  Jendela Info
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo- Halo Bandung”. 


2.       Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

JELI Jendela Info
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.

3.       Medan Area 1 Desember 1945
Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.


B.      PERJUANGAN SECARA DEPLOMATIK

1.              Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn. Perjanjiantersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat Inggris.

Berikut ini beberapa keputusan Perjanjian Linggarjati.
a.       Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
b.      Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c.       Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan Perjanjian tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
JELI Jendela Info

            Meskipun isi Perjanjian Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia, namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.

2.              Perjanjian Renvile
Dalam upaya membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda maka DK PBB mendesak diadakannya gencatan senjata yang terjadi 4 Agustus 1947 serta membentuk komisi tiga Negara (KTN), Negara-negara tersebut adalah :
a.       Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
b.      Belgia (tunjukan Belanda) diwakili oleh Paul Van Zeelan.
c.       Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.

 Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang berlabuh di Jakarta.

            Delegasi Indonesia terdiri atas PM. Amir syarifuddin, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Dr. Tjoa sik len, Mr. Roem, Haji Agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir. Djuanda. Delegasi Belanda terdiri atas Abdul Kadir Widjoyoatmojo, Jhr. Van Vredenburgh, Dr.Soumokil, Pangeran Kartanegara dan Zulkarnaen.
            Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Juni 1948 maka diperoleh persetujuan Renville.

Pokok-pokok isi persetujuan sebagai berikut:
a.      Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatannya diserahkan kepada RIS yang segera dibentuk.
b.      RIS mempunyai pendudukan yang sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
c.       RI akan merupakan Negara bagian dari RIS
d.      Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara.
e.       Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.

3.              Perjanjian Roem-Royen  
Perjanjian ini merupakan Perjanjian pendahuluan sebelum KMB. Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah Indonesia bersedia menghadiri KMB yang akan dilaksanakan di Den Haag negeri Belanda. Untuk menghadapi KMB dilaksanakan konferensi inter Indonesia yang bertujuan untuk mengadakan pembicaraan antara badan permusyawaratan federal (BFO/Bijenkomst Voor Federal Overleg) dengan RI agar tercapai kesepakatan mendasar dalam menghadapi KMB.
            Komisi PBB yang menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil membawa Indonesia-Belanda ke meja Perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal dengan  p ersetujuan Roem-Royen (Roem-Royen Statement) yang isinya antara lain :
a.       Belanda harus pergi meninggalkan daerah Yogyakarta
b.      Presiden dan wakil presiden kembali ke Yogyakarta
c.       Panglima mengembalikan mandatnya kepada pemerintah Presiden Soekarno





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

Setelah kemerdekaan, Belanda hadir kembali di Indonesia dan berupaya menanjapkan lagi kekuasaannya. Oleh karena itu, timbulah konflik berkepanjangan antara Indonesia dengan Belanda yang mempengaruhi keberadaan Bangsa Indonesia yang baru berdiri. Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda diantaranya :
i.                    Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa Indonesia.
      ii.        Timbulnya semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia

Dalam kondisi seperti itu, beruntung dunia internasional ikut berperan menyelesaikan pertikaian di antara keduanya. Di samping itu, sifat nasionalisme yang dimiliki Bangsa Indonesia dalam setiap perjuangan baik secara fisik maupun diplomatic. Di beberapa daerah dengan gagah berani masyarakat menghalau penjajah yang  ingin berkuasa di bumi Indonesia. Rakyat Indonesia dengan penuh semangat dan rasa nasionalisme tinggi menantang segala bentuk penjajahan. Mereka mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai dengan mengorbankan jiwa dan raga. Hal ini  menjadi tonggak kekuatan Indonesia hingga digelarnya Konferensi Meja Bundar. Dalam konferensi ini Belanda akan mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir Desember 1949.



DAFTAR PUSTAKA


Rabu, 16 April 2014

Oval: iM   A    K   A    L    A
S     O    S     I    O     L    O    G     I
TENTANG
PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP ANTI SOSIAL

Guru Pembimbing :  Nursakinah, S. Ip









Oval: 5
Di  Susun  Oleh :  Kelompok  II   Kelas I
                                                            Nama: TAUFIK                               

MADRASAH  ALIYAH  RAUDHATUL ULUM
KOWO  SAPE

TAHUN  PELAJARAN 2013 / 2014



Oval: iiiKATA PENGATAR

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم





            Dengan rahmad Tuhan. yang maha kuasa kita dapat berdiri, bernafas, serta menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita mensyukuri segala nikmat-Nya tersebut dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

            Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita dituntun untuk dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa saja informasi yang terdapat di dalam makalah ini.

            Dengan mempelajari makalah yang membahas ilmu yang seang berkembang saat ini kita ini, kita dapat menguak informasi tentang definisi PERILAKU MENYIMPANG, dan SIKAP ANTI-SOSIAL, sehingga kita dapat lebih mengetahui definisi yang benar, dan dapat mencegah maupun mengatasi prilaku tersebut.

            Akhir kata, penyusun berharap dengan datangnya makalah ini dapat menambah kreatifitas kita sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran sosiologi, terutama dalam menghadapi masalah dalam masyarakat seperti prilaku menyimpang. Sekian terima kasih………




Penyusun


Oval: iiiDAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I: PENDAHULUAN
            A. LATAR BELAKANG....................................................................1
            B. RUMUSAN PEMBAHASAN........................................................1
C.TUJUAN.....................................................................................................1

BAB II: PEMBAHASA
              A. PERILAKU MENYIMPANG....................................................  2
              B. SIKAP  ANTI SOSIAL............................................................... 6

BAB III: PENUTUP
A.    KESIMPULAN........................................................................ 9
SARAN........................................................................................................  9

BAB I
PENDAHULUAN

 A.
    LATAR BELAKANG

Sosiologi banyak memberikan pengetahuan tentang cara-cara berprilaku seseorang dalam masyarakat  sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat tersebut. Dengan ilmu sosiologi diharapkan seseorang memiliki pengetahuan yang lebih lengkap tentang bagaimana harus berprilaku dalam melakukan penyesuaian diri di masyarakat. Obyek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Kajian ini akan memberikan pengetahuan tambahan bagi siapapun yang mempelajarinya untuk melengkapi pengetahuan-pengetahuan dalam praktik pergaulan di dalam masyarakat, dan juga mengenai perilaku yang menyimpang didalam lingkungan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas ilmu sosiologi mengenai tidakan perilaku menyimpang dan sikap anti sosial.

B.     RUMUSAN  PEMBAHASAN

1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
2.      Apa ciri dan penyebab perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
3.      Bagai mana dampak perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?

C.    TUJUAN
Ada pun tujuan kami dalam makalah ini agar kelak kehidupan dimasyarakat dapat terkontrol dengan baik dan jauh dari perilaku menyimpang dan anti sosial.




BAB. II
PEMBAHASAN

A. PRILAKU MENYIMPANG

1. Definisi Perilaku Menyimpang
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

            Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.

            Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :

1. Menurut James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah
                perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
    tercela dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah
    semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
    dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam
    sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3. Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku
    yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
               atau masyarakat.

            Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.


2. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
            Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

            a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
    menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu
    dan diketahui penyebabnya.
            b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang
     tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima
     masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan
     perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
            c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah
    melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu
    yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena
    perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan
d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya
    ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu  
    kelompok masyarakat.
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
    penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk
    memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata
    kelakukan secara terbuka.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

3. Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
          Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
          a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri
               (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
          b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
                Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan
                anak yang tidak serasi.

          Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu

          1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang
   yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam
   kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak
   pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak
  sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak
  (broken home)
          2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
    menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang
    perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang
    yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
          3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya
    ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan
    perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai
    suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia
    mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
    menyimpang
.

4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan
    dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola
    perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan
    mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
    Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang
    tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara
    tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut
    sesuatu yang wajar.


4. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

            Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

• Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.

1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah
    penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem
    sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
    memperkaya    wawasan seseorang.
2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
    penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap
    rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk

         a. Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan
              primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang
              hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
b. Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan
    sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali
    terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang
    lain.


B. SIKAP ANTI SOSIAL

1.Definisi sikap anti sosial


            Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.

2. Kepribadian anti sosial

            Satu hal yang bersifat para doksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami sikap anti sosial secara intelektual adalah normal namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal. Lama, kondisi paradoks ini sulit dijelaskan. Hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegrasi dari penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.

            Berdasarkan telaahan yang tersebut di atas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukan 5 ciri kepribadian, yaitu :

            1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari
 pengalaman.
2. Emosi bersifat superficial, tidak alami.
3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.
4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.
5. Impulsiveness.

            Lebih jauh kepribadian antisosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik seperti retardasi mental, gangguan otak, psikosis, atao situasi maladjustment lainnya (Ziskind, 1973). Artinya saat kepribadian antisosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa tentang antisosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu diagnostik tadi muncul didalamnya.
Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian antisosial tidak mampu untuk bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik.. Pada saat pendapat atau sikap orang yang antisosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.

3.Pengaruh Media Dalam Sikap Anti Sosial

            Pada tahun 2005, majalah Playboy edisi Indonesia mulai terbit. Penerbitan majalah hiburan laki-laki ini mengakibatkan protes di kalangan tertentu masyarakat Indonesia. Banyak edisi majalah hiburan pria Indonesia seperti FHM, Popular, Lipstik terbit di Indonesia. Pernah marak juga di televisi (hampir semua televisi Indonesia menyiarkan program acara berbau “hantu”)
Kasus-kasus tersebut diatas sering digunakan untuk menuduh media menggunakan kekuatanya untuk mempengaruhi tingkah laku anti-sosial para pembaca dan penonton. Hal ini dapat memicu penonton untuk mengkritik dan menimbulkan kemarahan terhadap media.




4. Media dan tanggung jawab moral

            Karena media sangat tinggi jangkauannya dan sangat berpengaruh, untuk itu memakan waktu antara masyarakat dan posisi moral. Secara luas ada 3 kategori mengenai media dan tingkah laku anti social antara lain :

            1. Sikap anti sosial para praktisi yang berhubungan dalam kewajiban para
                professional.
            2. Tugas media hanya sebagai pelengkap terhadap tingkah laku anti sosial
            3. Konflik yang terjadi antara tanggung jawab professional dan tingkah
                laku anti sosial dalam kehidupan pribadi para praktisi media.

5. Sikap anti-sosial dan kewajiban media

            Praktisi media adalah sebagai penjaga dan jembatan antara media dan publik, untuk alasan tersebut mereka menghindari perintah untuk menyiarkan perilaku anti sosial di media. Bagaimana pun juga keadaan ini merupakan suatu kelemahan bagi para praktisi media terhadap moral dan hukum. Meskipun masih ada sedikit keraguan yang diharapkan , terkadang para audience mengirimkan pesan yang salah mengenai sikap anti sosial tersebut. Pertama-tama , kekerasan hukum menjadi bagian dalam tugas seorang reporter. Apabila seorang wartawan mencerminkan publik, seharusnya mereka lebih memperhatikan keinginan publiknya. Selain itu, apabila para pelaku kekerasan beranggapan bahwa hal itu adalah biasa, hal itu akan merusak tatanan hukum yang ada.


BABA III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

 Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

            Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat.
            Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.

B.     SARAN

Ada pun saran dari kami melalui makalah ini ialah:
Sebagai masyarakat yang hidup dikelilingi oleh hukum hendaknya kita lebih bisa bersadar diri tentang tindakan kita sehari-hari agar yang kita lakukan tidak berdampak buruk bagi lingkungan yang ada.






DAFTAR PUSTAKA
Oval: 10DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU :
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Untuk Kelas X. Jakarta. Erlangga
              Hamid Hasan, Said, Dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional.
              Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2007. Sosiologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta. Exis

SUMBER INTERNET:

detakzaman.blogspot.com/2011/08/bab-v-perilaku-menyimpang-dan_24.html